Kadang, menyampaikan kritik atau pendapat yang berbeda bisa jadi tricky, apalagi kalau pakai bahasa Inggris. Nggak mau dong, kalau maksud kita malah disalahpahami atau bikin orang lain tersinggung? Nah, dalam bahasa Inggris ada yang namanya politeness strategies atau strategi kesantunan yang bisa bantu kita nyampaikan kritik dengan cara yang lebih halus dan ramah. Di artikel ini, kita bahas beberapa strategi kesantunan yang efektif, seperti softeners, hedging, dan euphemism.
1. Softeners: Kata-kata yang Bikin Kritik Lebih Lembut
Softeners adalah kata atau frasa yang bikin kalimat terdengar lebih lembut dan nggak terlalu tajam. Dengan menambahkan softeners, kita bisa bikin kritik atau pendapat yang berbeda terasa lebih sopan.
Contoh:
- Tanpa softener: “This design isn’t good.”
- Dengan softener: “I think this design could use a bit of improvement.”
Dengan menambahkan “I think” dan “could,” kalimat kritik jadi lebih halus. Lawan bicara akan merasa lebih nyaman karena kritiknya nggak terdengar terlalu langsung atau kasar.
Kapan dipakai: Kalau kita mau ngasih kritik yang sifatnya saran atau perbaikan, tanpa bikin lawan bicara merasa diserang.
2. Hedging: Mengurangi Ketegasan dengan Kata yang Lebih Fleksibel
Hedging adalah teknik untuk mengurangi ketegasan atau kepastian dalam kalimat. Biasanya pakai kata-kata kayak “maybe,” “perhaps,” atau “kind of.” Ini bikin kalimat jadi terdengar lebih fleksibel dan nggak memaksa, seolah-olah kita membuka peluang untuk pendapat lain.
Contoh:
- Tanpa hedging: “This method is incorrect.”
- Dengan hedging: “Maybe this method isn’t the best approach.”
Kata “maybe” bikin kalimat terdengar lebih ringan dan ngasih kesan kalau kita terbuka buat diskusi.
Kapan dipakai: Cocok dipakai pas kita merasa yakin, tapi nggak mau terdengar terlalu memaksa atau keras dalam menyampaikan kritik.
3. Euphemism: Ganti Kata yang Kasar dengan Kata yang Lebih Halus
Euphemism adalah mengganti kata-kata yang mungkin terdengar kasar atau negatif dengan kata-kata yang lebih sopan dan halus. Misalnya, daripada bilang “fired,” kita bisa pakai “let go” atau “no longer with the company” untuk menggambarkan hal yang sama tapi dengan nada yang lebih ramah.
Contoh:
- Tanpa euphemism: “He was fired because of his performance.”
- Dengan euphemism: “He was let go due to his performance.”
Dengan pakai euphemism, kalimat ini jadi lebih sopan, apalagi kalau yang kita kritik adalah topik sensitif.
Kapan dipakai: Kalau kita mau nyampaikan kritik atau kabar buruk yang bisa bikin lawan bicara merasa tidak nyaman.
4. Use Questions Instead of Statements: Pakai Kalimat Tanya Biar Kritik Terasa Lebih Ramah
Daripada langsung menyatakan kritik dalam bentuk pernyataan, kita bisa bikin kalimat dalam bentuk pertanyaan. Ini akan bikin kritik terasa lebih ringan dan lawan bicara nggak merasa dihakimi.
Contoh:
- Tanpa kalimat tanya: “Your approach isn’t effective.”
- Dengan kalimat tanya: “Do you think there might be another way to approach this?”
Kalimat tanya ngasih kesan kalau kita sedang ngajak diskusi, bukan langsung ngasih penilaian.
Kapan dipakai: Cocok buat situasi di mana kita mau ngajak lawan bicara berpikir tanpa langsung mengkritik secara gamblang.
5. Compliment Sandwich: Kombinasi Pujian dan Kritik
Compliment sandwich adalah teknik menyampaikan kritik dengan cara nyelipin pujian sebelum dan sesudahnya. Ini bikin kritik terasa lebih ringan karena diimbangi sama pujian. Jadi, kesan yang diterima lawan bicara nggak cuma kritiknya aja, tapi juga hal positif yang kita sampaikan.
Contoh:
- “I really like your presentation style; it’s engaging and clear. Maybe you could add a few more visuals to help explain complex ideas. Overall, great job on making it interactive!”
Kritik tentang visual jadi terasa lebih lembut karena dibalut dengan pujian di awal dan akhir.
Kapan dipakai: Kalau kita ingin kritik terasa lebih positif, dan agar lawan bicara tetap merasa dihargai.
6. Understatements: Menyampaikan Kritik dengan Cara yang Lebih Rendah Hati
Understatement adalah teknik untuk mengurangi intensitas kritik dengan kata-kata yang lebih rendah hati atau nggak terlalu ekstrim. Misalnya, pakai frasa kayak “a little,” “somewhat,” atau “not exactly.”
Contoh:
- Tanpa understatement: “Your writing lacks detail.”
- Dengan understatement: “Your writing could use a little more detail.”
Dengan menambahkan “a little more,” kritik jadi terdengar lebih halus, dan nggak bikin lawan bicara langsung merasa kurang.
Kapan dipakai: Cocok buat situasi di mana kita mau nyampein kritik kecil, tanpa membuat lawan bicara merasa terlalu salah.
Mengapa Politeness Strategies Itu Penting?
Menggunakan strategi kesantunan bisa bantu kita menjaga hubungan baik dengan lawan bicara. Dengan cara ini, kritik yang kita sampaikan nggak bakal bikin lawan bicara merasa tersinggung atau defensif. Ingat, tujuan utama kita adalah supaya pesan tersampaikan dengan baik tanpa mengganggu hubungan profesional atau personal.
Tips Menggunakan Politeness Strategies
- Baca Situasi: Pastikan kita tahu situasi dan hubungan dengan lawan bicara. Pilih strategi yang sesuai.
- Gunakan Nada yang Tepat: Hindari nada yang terlalu tajam atau bernada menghakimi.
- Jangan Berlebihan: Meski mau sopan, hindari kata-kata halus yang justru bikin pesan jadi nggak jelas.
- Latihan Membaca Ekspresi Orang Lain: Perhatikan reaksi lawan bicara, apakah dia merasa nyaman atau malah bingung.
Menyampaikan kritik itu memang nggak mudah, apalagi dalam bahasa asing. Tapi, dengan memahami politeness strategies ini, kita bisa belajar menyampaikan pendapat berbeda atau kritik secara halus dan sopan. Jadi, yuk, mulai latihan pakai softeners, hedging, euphemism, dan cara-cara lain untuk bikin komunikasi kita makin enak dan efektif!
https://feekampunginggris.com/blog-kampung-inggris-pare-fee-center/